Hukum dan Pelaksanaan Shalat jama' dan qashar

Posted by


Syarat Dibolehkannya Dan Perbedaan Antara Shalat Qashar dan Jamak

Oleh: Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz

Tanya: Tergambar pada sebagian orang bahwa jama’ dan qashar itu merupakan satu kesatuan, sehingga tidak ada jama’ tanpa qashar dan tidak ada qashar tanpa jama’, bagaimana pendapat anda dalam hal ini? Manakah yang lebih utama bagi musafir, melakukan qashar tanpa jama’ ataukah menjama’ dan mengqashar?

Jawab:

Orang yang disyariatkan oleh Allah untuk mengqashar yaitu musafir, boleh baginya untuk menjama’, akan tetapi tidak ada keharusan mengumpulkan antara keduanya. Boleh bagi seseorang untuk mengqashar dan menjama’, dan meninggalkan jama’ lebih utama jika musafirnya tinggal di suatu tempat dan tidak dalam keadaan berjalan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Mina pada haji Wada’, beliau mengqashar dan tidak menjama’. Juga pernah beliau menjama’ dan mengqashar pada perang Tabuk, ini semua
menunjukkan longgarnya urusan dalam hal ini. Beliau juga mengqashar dan menjama’ bila sedang menempuh suatu perjalanan dan tidak menetap di suatu tempat.

Adapun jama’ ini lebih luas cakupannya, boleh orang yang sakit untuk mdnjama’, juga boleh bagi kaum muslimin untuk menjama’ di masjid ketika turun hujan, antara shalat Maghrib dengan Isya’, dan antara Dhuhur dengan Ashar. Tidak boleh bagi mereka untuk mengqashar, sebab qashar adalah kekhususan dalam safar saja. Semoga Allah memberikan taufik.

Sumber: Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam & Fatwa-fatwa Penting Tentangnya oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz (penerjemah: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Abu Hudzaifah, Khoirur-Rijal, dan Alimuddin), penerbit: Maktabah Al-Ghuroba’, Sukoharjo. Pertanyaan no. 62, hal. 433-434.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Tips dan Cara Updated at: February 28, 2018

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.